19 Gunung Api Berstatus Waspada



66W.com Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan ada 19 gunung api di Indonesia yang saat ini berstatus waspada. Namun lembaga yang khusus menangani persoalan bencana ini mengimbau masyarakat agar jangan buru-buru panik.

"Gunungapi bersifat slow in set. Artinya tidak akan tiba-tiba meletus. Ada tanda-tandanya sehingga status gunung punya tahapan yaitu dari normal kemudian menjadi waspada, siaga, dan awas sesuai ancamannya," ujar Kepala Humas dan Informasi BNPB Sutopo Purwo dalam rilisnya yang diterima 66W.com, Senin (3/2/2014).

Sutopo mencontohkan, dampak kenaikan status beberapa gunung berapi ke level waspada membuat obyek wisata dan aktifitas perekonomian yang berada di luar daerah menjadi sepi. Padahal menurut Sutopo, area tersebut masih masuk dalam kategori aman.

"Hal ini terjadi di Gunung Bromo, Ijen, Dieng, Tangkubanprahu, Papandayan, dan lainnya. Bahkan aktivitas wisata dan hotel-hotel di Kabanjahe saat ini pun sepi pengunjung karena masyarakat jadi takut berkunjung padahal lokasinya jauh dan aman dari Gunung Sinabung," ujar Sutopo.

Untuk saat ini, kata Sutopo, dari 127 gunung api di Indonesia, hanya 1 gunung berstatus level IV atau awas yaitu Gunung Sinabung sejak 24/11/2013. Ada 3 gunung status siaga level III yaitu Gunung Karangetang, Seulewah, Rokatenda.

"Kemudian 19 gunung status Waspada (level II) yaitu Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamkonora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Seulewah Agam, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci. Lainnya berstatus normal," papar Sutopo.

Sutopo mengingatkan, makna dari status waspada adalah adanya kenaikan aktivitas di level normal serta apapun gejala dapat diperhitungkan. Saat status waspada, yang diperlukan masyarakat ialah sosialisasi, kajian bahaya, pengecekan sarana, dan piket terbatas.

"Sedangkan makna status Siaga adalah semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana. Kondisinya kritis sehingga perlu sosialisasi di wilayah terancam, penyiapan sarana darurat, koordinasi harian, dan piket penuh," tutupnya.
(03/02/2014/66W).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar