66W Online, LUMAJANG - Gunung Semeru merupakan gunung dengan karakter yang unik.
Gunung ini bahkan setiap 20 menit sekali selalu mengelurkan material vulkanik. Pada 2012, pernah terjadi gempa 82 kali gempar tremor.
Namun, tidak ada letusan dahsyat yang terjadi. Padahal, rata-rata terjadi 8 gempa tremor sebelum sebuah gunung meletus.
Tim Pengarah BPBD Kabupaten Lumajang, Sugiyono mengatakan, Semeru secara rutin mengeluarkan abu, kerikil dan lava pijar.
Pernah tercatat, Semeru meletus sebanyak 2.990 kali pada November 1997.
Terakhir, Sugiyono mencapai Puncak Mahameru pada 23 Desember 2013 lalu untuk mengamati aktivitas Semeru.
”Periode letusan wedhus gembel dari 15-20 menit. Itu normal,” ungkapnya.
Karena sulit dideteksi, Sugiyono menilai harus ada kesiapsiagaan bencana di semua desa di kaki gunung tertinggi di Pulau Jawa ini. Setidaknya ada delapan kecamatan di dekat Semeru.
Enam kecamatan di Kabupaten Lumajang itu adalah Senduro, Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Tempeh dan Pasru Jambe.
Kemudian di wilayah administrasi Kabupaten Malang ada Kecamatan Ampel Gading dan Poncokusumo.
Bila Semeru meletus, kecamatan-kecamatan inilah yang paling parah terkena dampak letusan.
Kerawanan bencana di kawasan terdekat ini meliputi banjir lahar, lava, abu vulkanik, awan panas (wedhus gembel) dan longsor.
Lontaran material bisa mencapai radius 20 kilometer dari puncak Semeru. Dampak dari letusan, kata Sugiyono, bisa sangat dahsyat.
Dari pengamatan tim BPBD Kabupaten Lumajang, setidaknya ada 6 sungai yang menjadi aliran utama lahar Semeru. Yaitu, Besut Kobokan, Besut, Besut Bang, Besut Kembar, Besut Semut, Besut Sarat, Besut Sat. Dari aliran sungai besar ini, lahar akan masuk ke sungai-sungai kecil.
Aliran lava ini bisa saja membanjiri desa-desa yang dilintasinya. Misalnya, Desa Pronojiwo, Oro-oro Ombo Sumber Urip dan Sumpit Urang (Kec Pronojiwo); Desa Kloposawit, Bandeli Utara dan Selatan, Jugosari, Sumberwuluh, Penanggal, Sumberejo dan Sumber Mujur (Kec Candipuro).
Kemudian Desa Pasrujambe dan Kertosari (Kec Pasrujambe); Desa Gondoruso, Nguter dan Sememu (Kec Pasirian) serta Desa Gesang dan Sumber Jati (Kec Tempe). Untuk kerawanan lain, terjadi di Kecamatan Senduro yang memiliki 12 desa.
Dari data yang dia kumpulkan, di Lumajang saja setidaknya akan ada gelombang pengungsian sampai mencapai 50.000 jiwa.
Dari jumlah itu, 60 persen di antaranya adalah lansia, anak-anak dan ibu hamil.
”Jumlah itu baru berdasarkan penentuan lokasi terdekat. Belum keseluruhan,” ujarnya.
Sedangkan di Kabupaten Malang jumlah perkiraan pengungsi jauh lebih banyak.
Di Kecamatan Ampelgading, setidaknya dihuni 51.725 jiwa dari 13 desa. Jumlah penduduk di Kecamatan Poncokusumo bahkan mencapai 98.247 jiwa di 17 desa.
Pengamatan Surya, di Kecamatan Ampelgading, terdapat lokasi pengungsian.
Pemerintah setempat memberikan plakat sebagai penanda lokasi aman bila sewaktu-waktu terjadi letusan dahsyat.
Bagitu juga di Lumajang yang sudah menampatkan lokasi pengungsian di Lapangan Sukapura.
(28/02/2014/66W)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar